Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- PBB menyatakan bahwa perang di Sudan sejak dimulai pada 15 April 2023 (26 Farvardin 1402) hingga kini telah menyebabkan sekitar 13 juta orang mengungsi, di mana lebih dari 4 juta orang di antaranya melarikan diri ke negara-negara tetangga.
PBB menggambarkan situasi Sudan sebagai “bencana kemanusiaan terburuk di dunia”, serta melaporkan kondisi krisis di lokasi-lokasi penampungan pengungsi, termasuk wilayah Tawilah di Darfur Utara, kamp Afadh di Sudan Utara, kota Al-Obeid di Kordofan Utara, Kosti di Negara Bagian Nil Putih, dan Ad-Damazin di wilayah Nil Biru.
Perkiraan PBB menunjukkan bahwa lebih dari 8 juta orang telah terusir dari rumah mereka. Selain itu, Dewan Anak-Anak Sudan mengumumkan bahwa jalur pendidikan sekitar 12 juta anak terganggu akibat perang.
Jaringan Dokter Sudan pada hari Sabtu menuduh Pasukan Reaksi Cepat melakukan pembantaian terhadap lebih dari 200 orang berdasarkan motif etnis di wilayah Amburu, Sarba, dan Abu Qamrah. Hingga kini, Pasukan Reaksi Cepat belum memberikan tanggapan atas tuduhan tersebut.
Di sisi lain, Pasukan Gabungan Gerakan Bersenjata di Darfur pada Kamis lalu mengumumkan bahwa mereka berhasil memukul mundur serangan Pasukan Reaksi Cepat terhadap beberapa wilayah utara di Negara Bagian Darfur Utara.
Selain Darfur, tiga negara bagian Kordofan (Utara, Barat, dan Selatan) juga dalam beberapa pekan terakhir menyaksikan bentrokan sengit antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Reaksi Cepat, yang mengakibatkan puluhan ribu orang mengungsi.
Saat ini, dari total 18 negara bagian Sudan, Pasukan Reaksi Cepat menguasai sepenuhnya lima negara bagian Darfur di bagian barat negara tersebut, kecuali sebagian wilayah Darfur Utara yang masih berada di bawah kendali militer. Sementara itu, Angkatan Bersenjata Sudan menguasai 13 negara bagian lainnya, termasuk ibu kota.
Your Comment